#20
Niat hati mau chat duluan, namun gengsi ini menyelimutiku hingga membuatku akhirnya menyurutkan niat untuk mengirim pesan padanya. Kepada dia yang mendadak menghilang dari peradaban, entah apa yang merasukinya, dia mendadak pergi tanpa aba-aba.
Masih ku ingat jelas di memori saat kita saling melepas penat dari kehidupan yang keras, kita saling bertukar cerita mengulas kegiatan hari ini yang entah menyenangkan atau menyedihkan atau menyebalkan. Sayang itu semua tak pernah berlangsung lama, kamu datang dan pergi sesukamu saja. Namun aku di sini tetap meresponmu sekadarnya saja.
Tapi kenapa kamu kali ini seperti benar-benar pergi, tak lagi aku dengar kabarmu untuk waktu yang cukup lama. Namun jari ini sepertinya tak sanggup untuk sekadar menanyakan kabar lagi, karena kali ini kita sudah benar-benar asing.
Kamu memilih menyerah di tengah-tengah untuk sesuatu hal yang kamu juga lelah untuk memperjuangkan. Tapi tak apa bukankan hanya ada dua kemungkinan dari sebuah pertemuan, ada perpisahan dan ada pelajaran. Aku memilih kita tetap asing, semoga ini yang terbaik.
0 Komentar