Kenangan Magang Jakarta Barat-Ciangsana

Sebenarnya tak pernah terbayangkan olehku bisa magang di media sebesar nova, rasanya masih seperti mimpi, tabloid yang sering ku baca kini menjadi tempatku magang and I'm the part of them. 

Allah mengarahkanku ke media ini secara tiba-tiba dan tak disengaja. Memang aku sudah menginginkan magang di media online yang berkaitan seputar perempuan namun berkali-kali aku coba dan gagal, hingga akhirnya aku diterima dan menginjakan kaki di kantor nova. Sejak itu aku selalu percaya bahwa Allah pasti menyiapkan sebaik-baiknya rencana untuk hambanya. 

Tiga bulan ini cukup berkesan dan memberikanku banyak pelajaran. Mulai dari berkembangnya wawasanku, terus bertambahnya jumlah hasil tulisanku setiap harinya, menambah pengalamanku dalam mempelajari beragam kanal,  menambah relasi juga saat mengikuti liputan, menulis hal baru yang sebelumnya tak pernah aku bayangkan, dan bertemu dengan orang tersohor yang bahkan cerita hidupnya kadang turut menginspirasiku. 

Memang tiga bulan bukan waktu yang sebentar,  terlebih perjalananku dari rumah menuju kantor yang memakan waktu kurang lebih selama 4 jam artinya setara dengan jakarta-bandung kalo macet hehe cukup menguras tenaga, terlebih harus naik 3 kendaraan dalam satu waktu motor, kereta,  dan busway wah jauhnya kaya apa tuh.... yang mana setiap harinya aku harus berangkat pagi buta pukul 5 atau setengah 6 untuk sampai di kantor kantor pukul 9 dan sampai akan dirumah pukul 10 malam begitu saja setiap harinya. 

Belum lagi menghadapi kenyataan kereta comutterline arah Jatinegara/Angke yang selalu amat sangat padat. Sukar bernapas, dada sesak, terdorong, tergencet, terinjak, terombang-ambing dalam kereta, bahkan seringkali juga terkibas para rambut penumpang seakan sudah menjadi makanan sehari-hari. Laptopku pun turut menjadi korban keganasan gerbong wanita comutterline arah Jatinegara/Angke keyboardnya kini tak berfungsi optimal. Bagaimana terbayang bukan?
Bahkan ada banyak pengalaman menarik, salah satunya saat itu seperti biasa aku berangkat pagi menembus embun pagi yang dinginnya menusuk tubuh, aku jalan menuju stasiun pondok cina lalu menunggu keretaku datang. Tak lama keretanya itu pun datang namun memang selalu ramai dan aku tetap memaksakan diri, alhasil sepatuku jatuh ke peron bahkan sampai masuk kubangan parahnya lagi itu cuma sebelah dan setelah sepatuku jatuh hujan turun sangat lebat, aku meminta tolong petugas untuk mengambilkan sepatuku di peron namun lama sekali aku diabaikan oleh mereka huft. Jujur malu sekali hanya memakai sepatu sebelah aku hanya bisa menangis bersama hujan kala itu... Tak lama berselang petugas datang menghampiriku dan mengambilkan sepatuku yang amat basah,  jadilah pakai sepatu basah sebelah.  Beberapa hari kemudian tempat minumku juga menjadi korban dan jatuh pula ke peron karna tak bisa menahan tekanan orang-orang yang mendorongku. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.

Dari perjalanan panjangku itu tak jarang banyak orang yang terkejut bahkan mengapresiasi perjuanganku yang tak mudah. Nikmati saja prosesnya nanti juga kamu akan sampai. 

Seterik apapun matahari
Sejauh bagaimanapun tempat yang dituju
Pastilah akan aku hampiri
Karna aku yakin disanalah aku bisa mengetahui nikmatnya perjuangan.

Posting Komentar

0 Komentar